Selasa, 07 Agustus 2012

Sebuah Epilog

Percakapan ku dengan suamiku dimalam itu melalui email,

Dia katakan "aku sudah tidak pantas lagi berada disampingmu."
dan aku berbisik tak bersuara "seperti itulah yg banyak orang katakan, bukan sekarang tapi sedari dulu, saat masih bersamapun tapi lihat aku"
Dia katakan "Jangan terlalu berharap padaku"
dan aku katakan dalam diamku "tidak pernah, pengharapanku hanya kepada Tuhan"
Dia katakan "Aku tidak bisa berbuat apa-apa"
dan aku katakan dalam dukaku "bukan tidak bisa, hanya tidak mau karena tidak mampu"
Dia katakan "hanya permintaan maaf, kesedihan, dan merasa bersalah yg bisa kurasakan"
dan aku jawab dalam hening "sudah kumaafkan bahkan sejak pertama kali kau tinggalkan aku"
Dia katakan "kita harus bangun dari tidur kita masing-masing"
lalu aku membatin :" aku tidak sedang bermimpi, justru aku merasa aku sedang dalam keadaan yang paling waras dan bangun saat ini, dan kamu tidak,"
Dia katakan "kita punya jalan masing-masing"
aku menjawab: "yah, jalanmu terasa ringan, karena beban mu sudah ku pikul sejak saat pertama kau berlari dariku"
Dia katakan " Aku mendoakan yang terbaik untuk kalian"
dan aku hanya bisa katakan: " Terima kasih, tapi terlebih dahulu, berdoalah untuk dirimu sendiri"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar